jump to navigation

Malaysia, Tidak Ada Apa-apanya September 2, 2009

Posted by orangmiskin in 1.
trackback

Semua orang tiba-tiba kebakaran jenggot. Klaim Malaysia terhadap tari pendet, menjadi pelengkap konflik kepentingan antardua negara serumpun ini. Hubungan dua tetangga ini kembali memanas.

Wajar memang, jika bangsa ini marah besar. Klaim tari pendet bukan yang pertama kalinya dilakukan negeri Pak Lah itu. Sebelumnya, mereka secara sewenang-wenang mengklaim batik, reog dan sejumlah kekayaan negeri ini.

Perlakuan Malaysia tidak berhenti di situ saja. Jauh sebelum hari ini, entah berapa puluh orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mengalami penindasan di negeri itu. Para pahlawan devisa diinjak-injak harga dirinya dan dihancurkan kemanusiannya, baik oleh rakyat, pemerintah dan institusi Malaysia.

Belum lagi, ribuan hektar hutan Indonesia juga rusak oleh cukong-cukong kayu yang diduga berasal dari negeri jiran ini.

Jika diurut, akar konflik dua negeri memang sudah ada sejak jaman sebelum negera jiran ada. Adalah, Ir Soekarno yang berupaya menggagalkan pembentukan negara di bekas wilayah jajahan Inggris itu.

Yakin, jika Malaysia akan menjadi duri dalam daging Indonesia, Sang Pemimpin Besar Revolusi dengan tegas mengobarkan semangat ganyang Malaysia. Puluhan ribu tentara dikirimkan. Berbagai milisi dibentuk untuk menggagalkan pembentukan Malaysia. Bahkan secara vis a vis, tentara kita pernah saling tembak di daerah perbatasan dua negara di Kalimantan.

Ambisi besar Soekarno mengganyang Malaysia gagal. Alih-alih merontokkan pembentukan Malaysia, justru Soekarno yang terjungkal dari kekuasaannya pada 1966. Dan si-penerus, Soeharto mengambil kebijakan yang berbeda dengan sang proklamator.

Indonesia di bawah Soeharto memperbaiki hubungan dengan Malaysia. Keberhasilannya memajukan ekonomi nasional, menjadi senjata ‘menekan’ Malaysia. Saat itu, nihil kita dengar adanya klaiming sepihak yang dilakukan negeri jiran ini.

Dengan prinsip tickle down dan developmentalisme, Indonesia pernah disebut sebagai salah satu macan Asia. Namun kesalahan pengelolaan, membuat struktur ekonomi nasional ambruk.

Krisis ekonomi 1997 membawa negeri ini, ke ketidakstabilan ekonomi dan politik. Perusahan besar hancur, separatisme yang menggeliat dan korupsi merajalela, membuat kita berkutat dalam negeri dan abai dengan perkembangan negara lain.

Di saat Indonesia terpuruk, Malaysia bangkit perlahan. Saat ini dengan bangga, mereka mengklaim sebagai salah satu negara utama di Asia. Klaim itu memang tidak berlebihan. Puluhan perusahaan mereka menanamkan investasi di perkebunan sawit di tanah air. Bahkan Petronas yang baru berumur jagung, jauh lebih moncreng dibanding Pertamina yang bangkotan.

Namun benarkan Malaysia lebih kaya dan makmur dibanding Indonesia. Tulisan yang saya gunting dari ini bisa menjelaskan kalau Malaysia itu bukan apa-apanya.

Untuk melihat kemakmuran kedua negara, banyak kalangan biasanya menggunakan ukuran pendapatan kotor per kapita (GNP) sebuah negara. Di sini bisa dibandingkan GNP antara Indonesia dengan Malaysia.

Jika mengacu pada data World Development Indicators database yang dirilis oleh Bank Dunia pada 1 Juli 2009, Malaysia berada di urutan ke 79 dengan GNP per kapita sebesar US$ 13.740 per tahun.

Sedangkan, Indonesia berada di urutan ke 146 dengan GNP per kapita sebesar US$ 3.830 per tahun. Itu setara dengan Rp 38 jutaan per tahun.

Itu berarti GNP per kapita Malaysia 3,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Artinya, penduduk Malaysia yang populasinya jauh lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia secara rata-rata lebih makmur dari Indonesia.

Populasi Malaysia pada 2008 sekitar 25 juta orang. Sedangkan jumlah penduduk Indonesia 240 jutaan orang atau 10 kali lipat dibandingkan penduduk Malaysia.

Namun, jika membandingkan seberapa besar volume ekonominya secara nasional, Indonesia jauh lebih besar dibandingkan Malaysia. Artinya, dilihat dari sisi kekuatan ekonomi, Indonesia jauh lebih berpengaruh dibandingkan Malaysia.

Menurut data World Development Indicators database 2008 yang dirilis Bank Dunia pada 1 Juli 2009, dilihat dari sisi produk domestik bruto (PDB), Indonesia jauh lebih kaya ketimbang Malaysia. Indonesia berada di urutan ke-19 mengalahkan negara-negara maju seperti Belgia, Swiss, Swedia, Norwegia, Denmark dan Arab Saudi.

Indonesia berada di bawah China, India, Australia dan Meksiko. Total PDB Indonesia berdasarkan data Bank Dunia sebesar US$ 514 miliar atau sekitar Rp 5000 triliunan.

Dengan PDB sebesar itu, Indonesia adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Karena itu, Indonesia satu-satunya negara yang mewakili Asia Tenggara dalam forum G-20, kumpulan 20 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Selain Indonesia, di sini ada pula Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang, China, India, Rusia hingga Australia.

Sedangkan, kekuatan ekonomi Malaysia jauh berada di bawah Indonesia. Bahkan, Malaysia juga kalah oleh Thailand, Afrika Selatan, Israel dan Nigeria sekalipun. Malaysia berada di urutan ke 42 dengan total PDB sebesar US$ 194 miliar atau hampir Rp 2000 triliunan. Artinya, kue ekonomi nasional Malaysia tidak sampai separuhnya ekonomi Indonesia.

Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata minimal 7 persen per tahun, Indonesia diharapkan bisa mendongkrak pendapatan per kapita masyarakat.

Tak mengherankan, lembaga keuangan dunia seperti Pricewaterhouse Coopers memperkirakan Indonesia bakal menjadi kekuatan ekonomi baru dunia bersama Brazil, Meksiko, Turki dan Rusia. Ekonomi Indonesia bakal jauh lebih maju dengan pendapatan per kapita berkali lipat. Jadi, mengapa musti tunduk dengan Malaysia? (*/nto)

Komentar»

1. Matt van Alif - September 7, 2009

Ijin nyimak dulu gan.. πŸ˜€

ceritabella - September 11, 2009

Misi Gan, ini blog bukan kaskus.

2. adiname - September 8, 2009

Ya lah kenapa msti tunduk dengan Malaysia.. Negara kecil sok kaya…

3. ceritabella - September 11, 2009

Wah,,, Calon Gubernur Propinsi baru semangat banget berkoar2.. πŸ˜€

4saringgik - Oktober 17, 2009

begitulah caranya utk penerampilan diri, mana tau citacitanya akan memberi keberhasilan kepadanya.

Devi Isman - Oktober 24, 2009

Sekarang bang Anto udah tenang di sisi Allah dan tidak perlu lagi memikirkan hiruk-pikuk dunia fana ini.
Selamat jalan sayang.
Adek selalu mendo’akan abang.

4. linda - Oktober 28, 2009

salam, x perlu nak bergaduh antara masyarakat serumpun..hal yg lebih besar menanti.. memang Indonesia negara yg banyak kekayaan alami yg belum habis diterokai..tak perlu takut dan dengan Malaysia.. sepatutnya bersatu seperti air dicincang takkan putus.

5. M.nazir - Januari 7, 2011

Knpa bnyak x org kita(TKI) yg ke malaisia bnting tlang, tp org mlasia ke sini untuk tanam modal???


Tinggalkan komentar